Rabu, 10 Desember 2014

Cerita Cinta Dakwahku


            Islam adalah agama dan rahmat bagi semesta alam. Allah memberikan Islam sebagai nikmat kepada seluruh makhluk alam semesta, maka bersyukurlah bagi yang telah merasakan indahnya nikmat Islam semenjak kecil, karena banyak orang yang baru merasakan indahnya nikmat Islam setelah berjuang mendapatkan hidayah (mualaf).
            Dibaratkan seperti akal dan hati. Jika kita bergerak hanya dengan akal tanpa hati, maka kita bergerak seperti kehilangan arah, karena hati selalu mencari kebenaran yang mengarahkan kita kepada tujuan yang sebenar-sebenarnya. Seperti itulah kita, apabila Islam tidak merasuk dalam sendi-sendi kehidupan kita secara menyeluruh, maka hidup kita akan terombang-ambing, karena Islam mengatur kehidupan kita secara menyeluruh dimulai dari yang kecil dan sepele sekalipun sampai hal yang paling besar.
            Maka diperlukan suatu gerakan dakwah untuk menuju kebenaran yang sebenar-benarnya, karena umat Islam saat ini hanya memandang Islam sebagai suatu agama, tak ada hubungannya dengan urusan lainnya. Padahal sejatinya sudah jelas bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Islam mengatur sistem sosial, sistem politik, sistem pendidikan dan lainnya dalam kehidupan kita. Maka diperlukan orang-orang yang rela dan ikhlas untuk berjuang dalam jalan dakwah ini. Karena jalan dakwah ini banyak ujiannya, sedikit orangnya, panjang jalannya. Bukankah Rasulullah SAW sebagai pengemban dakwah juga pernah merasakan hal serupa, bahkan lebih besar dan lebih sakit. Bukan hanya dicela, melainkan difitnah dan dihujat oleh orang kafir. Bukan hanya air mata dan keringat yang keluar, melainkan darah dan nyawa harus dikorbankan demi kemenangan dakwah Islam.
Tetapi entah kenapa sampai hari ini aku pun termasuk dalam orang yang rela berjuang demi tegaknya dakwah Islam di dalam kampus ini. Karena sejatinya dakwah ini menurutku bukan hanya tugas para nabi dan Rasul, melainkan kita sebagai umat Muhammad yaitu umat terbaik yang disebutkan dalam surat Ali-Imran: 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
Aku bersyukur bisa masuk kampus UNJ tercinta ini. Karena sejatinya, titik tolak perubahan ku untuk mengerti makna dakwah dan betapa pentingnya dakwah ini dimulai dari kampus ini. Tentunya lewat tangan sang murabbi yang telah membuka mata hatiku, bahwa sejatinya kita juga harus mensolehkan orang lain, bukan hanya soleh secara pribadi. Semakin  lama ikut liqo, semakin tambah rasa semangat ku untuk berdakwah di kampus ini.
Sampai hari ini, aku tergabung dalam jamaah gerakan dakwah FSI Al-Biruni di FT UNJ di bagian syiar Islam, amanah ini menjadi ladang dakwah ku di Fakultas Teknik.  Sungguh luar biasa bisa tergabung dalam jamaah ini, karena amanah dakwah ini terlalu berat apabila ditanggung sendirian. Bukankah Rasululullah SAW saja berdakwah ditemani para sahabat-sahabat yang setia menemani beliau. Di FSI Al-Biruni ku coba belajar merencanakan dan merumuskan kegiatan-kegiatan dakwah untuk objek-objek dakwah di Fakultas Teknik yang objek dakwahnya heterogen. Ku biasakan 10 budaya muslim UNJ di lingkungan Fakultas Teknik, ku fasilitasi minat dan bakat mahasiswa dalam kegiatan Islamic Engineering Festival (Festival Teknik Islam), dan ku selenggarakan kajian keren dan islami rutin setiap seminggu sekali berharap minimal dari setiap kajian ada teman-teman mahasiswa yang mendapat hidayah dari mengikuti kajian ini.
Tetapi masih banyak evaluasi dalam gerakan dakwah ini, mungkin karena citra eksklusif dari mahasiswa muslim FSI Al-Biruni, atau mungkin karena kurangnya analisa ku dalam memahami objek dakwah dalam lingkungan Fakultas Teknik ini. Dan juga mungkin masih banyak kegiatan Syiar Islam FSI Al-Biruni yang belum tersosialisasikan kepada mahasiswa Fakultas Teknik. Sehingga mereka tidak paham dan tidak mengerti tentang kegiatan dakah ini. Semoga Allah mengampuni kesalahan dan kekhilafanku.
            Ku jalani juga dakwah fardiyah, ku ajak teman-teman sekelas atau teman-teman yang sedang bersamaku ketika waktu adzan berkumandang, langsung kuajak bergegas ke musholla atau masjid terdekat agar segera shalat, walaupun tak sedikit juga yang menolak ajakanku dengan berbagai alasan, alhamdulillah masih ada teman-teman yang mau mendengar untuk ikut bersamaku shalat berjamaah tepat waktu. Di sini ku masih belajar bagaimana cara menyentuh hati teman-teman ku, mengikat hati teman-teman ku.
Untuk cerita dakwahku di keluarga, tak ubahnya seperti cerita dakwahku di atas, keluargaku masih memandang bahwasanya aku hanya anak yang baru belajar agama, jadi dibilang sok tahu. Tetapi aku tak pernah putus asa, karena pun aku masih belajar dalam dakwah ini. Sering-sering kubaca dan kupelajari Fiqih Dakwah, bahwa keteladanan didahulukan sebelum berdakwah. Kuperbaiki amalan yaumiah (amalan harian) bukan bermaksud untuk riya, tetapi memberi keteladanan di dalam keluarga ku.
Saat ini aku diberi jatah binaan untuk membina mahasiswa baru FT UNJ berjumlah 5 binaan. Ini merupakan objek dakwah yang harus kujaga dan tak boleh disia-siakan, karena ini juga sekaligus sebagai tanggung jawab ku dalam tugas dakwah ini, karena setidaknya agar di akhirat nanti kita tidak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah karena masih banyak orang yang belum mendapatkan hidayah ketika di dunia, karena kita sebagai seorang muslim lupa akan kewajiban berdakwah, karena sibuk dengan amal ibadah pribadi masing-masing. Dan juga membayangkan amalan yang tidak akan terputus pahalanya karena orang yang akan mendapat petunjuk sebab kita dakwahi, kita akan mendapatkan pahala sama dengan orang yang mendapat petunjuk melalui kita sampai hari kiamat.
Inilah cerita dakwahku, semoga aku termasuk orang yang diberi kekuatan oleh Allah untuk terus dalam jalan dakwah ini dan termasuk orang yang istiqomah dalam menjalankan dakwah ini. J



3 komentar:

  1. Assiik deh yang udah mulai nge-blogg :D.
    Ane tunggu postingan-postingan selanjutnya.
    Salam Blogger UNJ
    hilmynotes.blogspot.com

    BalasHapus